Start planning your trip
Eksplorasi Pameran Seni Modern Setouchi Triennale 2019 dengan Layanan Tur Resmi!
Setouchi Triennale, pameran seni modern terbesar di Jepang yang diadakan setiap 3 tahun sekali, menyediakan layanan tur resmi mulai tahun 2019. Apa saja keuntungan yang bisa didapat dari tur ini, ya? Yuk, ikuti liputan MATCHA berkeliling dengan tur resmi Setouchi Triennale 2019!
Layanan Tur Resmi Setouchi Triennale Diadakan Mulai Tahun 2019!
Setouchi Triennale adalah pameran karya seni modern yang diadakan di 12 pulau dan 2 pelabuhan yang terletak di Prefektur Kagawa dan Prefektur Okayama di Laut Pedalaman Seto. Perlu diperhatikan bahwa penyelenggaraan Setouchi Triennale 2019 sudah berakhir pada tanggal 4 November yang lalu. Rencana pameran selanjutnya akan diadakan pada tahun 2020.
Kebanyakan spot-spot karya seni yang ada di pameran ini harus dicapai dengan menggunakan kapal. Menjelajahi Laut Pedalaman Seto dengan mengunakan kapal bisa jadi sebuah pengalaman yang sangat menarik. Namun, ada kalanya Anda akan kesulitan mengatur jadwal untuk menyesuaikan waktu dan rute kapal yang cukup rumit.
Agar kegiatan berkeliling di acara Setouchi Triennale jadi lebih mudah dan nyaman, MATCHA merekomendasikan Anda untuk ikut layanan tur resmi yang diadakan mulai tahun 2019. Dengan biaya sekitar 9.800 yen—14.800 yen termasuk pajak (※1), pengunjung bisa berkeliling 1—3 pulau dalam 1 hari. Pada artikel kali ini MATCHA akan membahas tentang manfaat dan pengalaman ketika mengikuti tur resmi di acara Setouchi Triennale 2019. Yuk, simak selengkapnya di artikel ini!
※1 Triennale Passport tidak termasuk dalam biaya tur. Pengunjung harus membeli Triennale Passport secara terpisah.
3 Alasan Untuk Ikut Tur Resmi Setouchi Triennale
MATCHA akan membeberkan 3 alasan utama untuk ikut layanan tur resmi Setouchi Triennale berdasarkan pengalaman yang dirasakan oleh staf MACTHA
1. Dapat Banyak Pengetahuan Tentang Pulau dan Seni di Setouchi Triennale dari Pemandu Tur
Para pemandu di layanan tur resmi ini dipilih dan dilatih langsung oleh komite eksekutif Setouchi Triennale. Oleh sebab itu, para pemandu ini memiliki pengetahuan yang luas mengenai pulau-pulau dan karya-karya seni pada acara pameran ini.
Kebanyakan para pemandu tur adalah penduduk lokal dari Prefektur Kagawa dan daerah sekitar. Mendengar cerita dan sejarah menarik seputar daerah sekitar juga jadi kegiatan yang menyenangkan.
※Pemandu berbahasa Inggris akan disediakan jika ada banyak peserta tur dari luar Jepang. Jika jumlah peserta tur dari luar jepang sedikit, maka tur akan dipandu dengan bahasa Jepang. Akan tetapi, baik tur bahasa Jepang maupun bahasa Inggris akan dilengkapi dengan pamflet berbahasa Inggris.
2. Perjalanan Jadi Lebih Praktis dengan Kapal Sewaan dan Makan Siang yang Disediakan
Kapal-kapal di area penyelenggaran Setouchi Triennale akan selalu ramai oleh pengunjung saat periode pameran berlangsung. Selain itu, Anda juga mungkin akan sedikit kesulitan untuk makan di restoran atau memesan tempat makan siang karena terlalu ramai.
Nah, dengan ikut tur resmi Setouchi Triennale, Anda bisa berkeliling dengan lebih praktis karena sudah tersedia kapal sewaan dan juga tempat makan siang yang menyediakan kuliner lokal lezat untuk makan siang. Anda juga bisa menaruh barang bawaan di kapal dan menjelajahi spot-spot pameran dengan dengan lebih leluasa!
3. Nikmati Jam Bebas untuk Mengeksplorasi Spot Pameran!
Sesampainya di pulau, cukup banyak peserta tur yang ingin melihat-lihat karya seni dan mengeksplorasi pulau dengan lebih santai.
Untuk menjawab kebutuhan tersebut, selain tur yang ditemani dengan pemandu, pihak tur resmi Setouchi Triennale juga menyediakan jam bebas yang cukup banyak, lho! Anda bahkan bisa menikmati waktu jam bebas lebih banyak tanpa ditemani pemandu saat berada di pulau jika berkonsultasi terlebih dahulu dengan pihak tur.
Meskipun tidak ditemani oleh pemandu tur, Anda akan tetap bisa mendapatkan rekomendasi tempat-tempat keren untuk dikunjungi, akses menuju tempat berkumpul, dan lain-lain.
※Di beberapa pulau kecil pengunjung hanya diberikan waktu jam bebas sesuai dengan ketentuan dari pihak tur.
Laporan Tentang Pengalaman Mengikuti Tur Resmi Setouchi Triennale
Pada bulan Agustus 2019 yang lalu, staf MATCHA mendapat kesempatan untuk ikut tur B course (Oshima-Megijima-Ogijima). Berikut adalah rangkaian kegiatan tur yang diikuti oleh staf MATCHA!
Pukul 09.30—09.50: Berkumpul di Pelabuhan Takamatsu dan Berangkat ke Pulau Oshima
Pagi hari, para peserta tur berkumpul di Passenger Terminal Building 1F Pelabuhan Takamatsu untuk didaftar oleh pihak tur. Setelah itu, peserta tur bisa naik ke atas kapal.
Pemandu tur kali ini adalah Nona Kayo (foto tengah kanan) yang berasal dari Prefektur Kagawa. Beliau juga bekerja sebagai penerjemah lisan sehingga kemampuan bahasa Inggrisnya tidak perlu diragukan lagi! Setelah naik ke atas kapal, peserta segera mendapat penjelasan tentang tur hari itu, Pulau Oshima yang menjadi tujuan pertama tur, dan lain-lain.
Mulai Pukul 10.40: Belajar Sejarah Pulau Oshima dari Pemandu Tur
Pulau Oshima adalah pulau kecil dengan luas keliling sekitar 7,2 kilometer. Pada tahun 1909, pulau ini dijadikan sebagai lokasi didirikannya sanatorium penyakit kusta. Saat ini, penyakit kusta memang menjadi penyakit yang dapat diobati. Namun, pada masa itu, diskriminasi terhadap para pasien pengidap penyakit kusta terjadi di seluruh dunia, tidak terkecuali dengan Jepang.
Para pasien penyakit kusta diisolasi secara paksa ke sanatorium Pulau Oshima. Pasien dilarang untuk memiliki anak. Bahkan, para pasangan yang menikah di sanatorium tersebut juga dipaksa untuk melakukan kontrasepsi dan aborsi (※2).
Sesampainya di Pulau Oshima, para peserta tur mengikuti arahan Nona Kayo untuk menuju monumen peringatan. Di sini, para peserta tur melakukan gassho (※3) untuk para pasien yang telah meninggal dan anak-anak yang tidak sempat dilahirkan ke dunia.
Setelah itu, peserta melanjutkan perjalanan menuju tempat ekshibisi di Pulau Oshima.
※2 Perlakuan diskriminatif ini dihapuskan melalui Undang-Undang Pencegahan Kusta 1996 dan disahkannya Undang-Undang 2008 tentang tindakan untuk mempercepat resolusi masalah penyakit kusta. Saat ini, semua pasien penyakit kusta sudah selesai diobati. Sanatorium ini menjadi tempat untuk memberi dukungan pengobatan bagi para pasien, penyuluhan tentang penyakit kusta, dan lain-lain.
※3 Gassho: ritual bangsa Jepang untuk mendoakan orang-orang yang sudah meninggal. Dilakukan dengan menangkupkan ke dua tangan di depan dada sambil sedikit membungkukkan badan. Kegiatan ini bukan kegiatan yang wajib dilakukan oleh semua peserta tur.
“Blue Sky Aquarium” karya Seizo Tashima
Pada bangunan bekas asrama para pasien, pengunjung dapat melihat karya berjudul “Blue Sky Aquarium”. Di instalasi karya ini, muncul putri duyung yang terus-menerus menangis seolah-olah bertanya, "Kenapa kau membuang aku?" dan di sekelilingnya ada banyak objek ikan yang terbuat dari sampah laut. Karya ini mampu mengintepretasikan kesedihan mendalam yang dimiliki oleh Pulau Oshima ini.
"Strait Songs" karya Fuyuki Yamakawa
Dahulu di Sanatorium Oshima ada banyak pasien yang mencoba melarikan diri dengan berenang ke kota di sisi lain selat. Instalasi karya berjudul "Strait Songs" menampilkan video yang diambil langsung oleh sang seniman ketika berenang menyeberangi selat.
Sebenarnya, apa yang dirasakan oleh para pasien yang berusaha melarikan diri dengan mempertaruhkan nyawanya? Mungkin mereka memikirkan tentang keluarga ataupun kebebasan selagi diisolasi di pulau kecil tersebut. Dengan berdiri dan melihat video ini, pengunjung dapat membayangkan bagaimana perasaan dan kepedihan yang dirasakan oleh para pasien saat berusaha melarikan diri.
Nona Kayo menanggapi setiap pertanyaan dari peserta dan menjelaskan latar belakang masing-masing karya dengan sangat ramah. Berkat Nona Kayo, para peserta jadi bisa lebih memahami tentang seni dan Pulau Oshima.
Mulai Pukul 12.25: Makan Siang Bersama di Pulau Megijima
Selanjutnya, para peserta diajak untuk menuju Pulau Megijima. Setelah melihat karya berjudul "Little Shops on the Island", "BONSAI deepening roots", dan karya lainnya, peserta diberi sedikit jam bebas sebelum jam makan siang.
Hari ketika staf MATCHA ikut tur ini sangatlah panas. "Di dalam karya 'ISLAND THEATRE MEGI' ada pendingin ruangan sehingga kita bisa menikmati karya seni sambil sedikit beristirahat", saran Nona Kayo.
"Setouchi Gastronomy" karya EAT&ART TARO
Sekitar pukul 13.00, para peserta tur menikmati makan siang di Restaurant IARA Megijima. Selama periode pameran Setouchi Triennale 2019, pengunjung dapat menikmati kuliner khas Kagawa yang disajikan oleh seniman EAT&ART TARO melalui pertunjukan berjudul "Setouchi Gastronomy". Sang seniman juga terkadang memberikan penjelasan tentang kuliner yang disajikan.
"Setouchi Gastronomy" karya EAT&ART TARO
Daerah-daerah di Prefektur Kagawa, seperti Busshozan dan Nio, telah lama berkembang sebagai daerah produsen cuka untuk mengawetkan ikan. Hari itu, staf MATCHA mendapat kesempatan untuk menikmati hidangan lezat yang menggunakan cuka produksi Prefektur Kagawa.
Salah satu hidangan yang sangat menarik perhatian adalah teh Takase (foto kiri atas). Ini adalah teh hijau lezat dengan rasa yang pekat dan mantap. Teh hijau ini sulit ditemukan di luar Prefektur Kagawa karena jumlah produksinya yang sangat sedikit. Anda dapat menikmati hidangan langka hanya di Setouchi Triennale 2019, pameran seni yang berakar dan menyatu dengan wilayah sekitar.
Mulai Pukul 15.00: Melihat-Lihat Karya Seni di Pulau Ogijima
Tujuan terakhir tur ini adalah Pulau Ogijima.
Pulau Ogijima memiliki struktur wilayah yang berbukit-bukit sehingga pada zaman dahulu masyarakat sekitar tidak bisa membuat lahan persawahan. Itu sebabnya, dahulu masyarakat pulau ini meminjamkan sapi peliharaannya kepada penduduk luar pulau dengan imbalan berupa beras. Kapal yang membawa peserta tur pun akhirnya sampai di Pulau Ogijima ketika mendengarkan penjelasan dari Nona Kayo.
Setelah turun dari kapal, para peserta tur melalui jalanan seperti labirin untuk menuju ke instalasi karya seni di pulau ini.
"SEA VINE: on the shoreline" karya Haruki Takahashi
"SEA VINE: on the shoreline" adalah karya seni yang mengekspresikan gerakan ombak Laut Pedalaman Seto melalui bunga keramik dan batang tumbuhan merambat. Suara ombak menggema di dalam ruangan ketika pegunjung mengagumi karya tersebut dan membuat seolah-olah tubuh ini juga tenggelam dalam ombak.
Setelah melihat-lihat pameran "Unknown Work 2019" karya Gregor Schneider, "Tribe – House" karya Toshikatsu Endo, dan karya-karya lainnya, peserta tur pun diberikan jam bebas.
"Karya mana yang menjadi rekomendasi Nona Kayo?" tanya staf MATCHA. Beliau mengatakan bahwa "Memory Bottle" adalah karya yang sangat indah dan populer di kalangan pengunjung wanita. Berbekal informasi dari Nona Kayo, staf MATCHA pun bergegas menuju instalasi karya tersebut.
"Memory Bottle" karya Mayumi Kuri
"Memory Bottle" adalah instalasi karya seni yang menyertakan kenangan-kenangan penduduk Pulau Ogijima di dalam botol. Di dalam botol-botol tersebut, Anda dapat melihat foto ataupun barang-barang kecil lain yang menyimpan banyak kenangan.
Pulau Ogijima adalah pulau kecil dengan jumlah total penduduknya tidak sampai 200 jiwa. Selain itu, pulau ini juga bukan destinasi wisata terkenal seperti Tokyo ataupun Osaka. Namun, setiap orang yang tinggal di pulau ini memiliki kenangan-kenangan yang bersinar.
Dengan memandangi satu per satu botol yang berkilauan di dalam kegelapan, pengunjung dapat merasakan perasaan yang hangat sambil membayangkan kehidupan para pemilik benda dalam botol tersebut.
"Ada banyak kafe yang bisa dikunjungi di Pulau Ogijima, lho", kata Nona Kayo. Staf MATCHA pun memutuskan untuk kembali ke arah pelabuhan dan masuk ke Dream Cafe (※4) yang ada di pinggir jalan. Dari teras kafe pengunjung dapat melihat pemandangan laut dan menghirup udara yang sejuk.
Di kafe ini, pengunjung bisa beristirahat sambil mengingat-ingat perjalanan tur yang telah dilalui hari itu.
※4 Dream Cafe hanya beroperasi selama periode pameran Setouchi Triennale
Pukul 17.00: Kembali ke Pelabuhan Takamatsu
Pukul 17.00 peserta kembali ke Pelabuhan Takamatsu dengan kapal sewaan dan berakhirlah perjalanan tur kali ini.
Staf MATCHA mencoba bertanya kepada peserta tur yang berasal dari luar Jepang. "Setouchi Triennale berkaitan erat dengan sejarah dan komunitas pulau. Hal itu membuatnya terasa sangat alami", kata seorang peserta tur. "Nona Kayo memberi penjelasan dalam bahasa Inggris sehingga saya bisa tahu lebih banyak lagi mengenai pulau-pulau di sini", jawab peserta lain.
Suvenir Spesial dari Pihak Tur Resmi
Dengan berpartisipasi dalam tur resmi ini, Anda bisa mendapat suvenir spesial berupa tote bag dan pin lencana yang tidak dijual di mana pun. Tidak hanya sebagai kenang-kenangan tetapi juga berfungsi untuk membawa barang-barang saat berpergian di lain waktu.
Untuk ikut dalam tur resmi ini Anda bisa melakukan pemesanan di situs resmi Kotohira Bus Co., Ltd. Ada 6 rute perjalanan tur yang bisa Anda pilih, lho.
Selain tur resmi yang sudah diperkenalkan dalam artikel ini, Kotohira Bus juga menyediakan tur spesial untuk berkeliling pulau-pulau di Laut Pedalaman Seto. Jangan lupa untuk cek informasi tur ini juga, ya!
In cooperation with Kotohira Bus Co,Ltd.,
Sebelum bergabung dengan MATCHA pada Oktober 2017, saya bekerja di sebuah agensi PR untuk IR/CSR korporat dan di sebuah penerbit yang menerbitkan majalah yang berfokus pada kerjasama internasional. Pada April 2019, saya pindah ke Kota Mitoyo di Prefektur Kagawa. Saya menulis artikel untuk wisatawan yang berkunjung ke Jepang, dan juga memberikan kontribusi untuk revitalisasi regional. Fokus utama saya adalah menulis tentang layanan internet, penyewaan mobil, hotel, dan objek wisata di Jepang bagian barat.