Start planning your trip
(Ready For Japan! vol. 16) Serasa Keliling Jepang lewat 12 Novel Jepang Berikut!
Bacalah 12 novel Jepang berikut sebagai bekal sebelum Anda berkeliling Jepang suatu hari nanti. Novel-novel ini memiliki latar di Hokkaido, Tokyo, Kyoto, hingga Okinawa. Beberapa novel telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Anda juga bisa membacanya dalam versi bahasa Inggris, lho.
Keliling Jepang Lewat Novel Jepang
Apakah Anda bermimpi untuk dapat berkeliling Jepang? Jika iya, mungkin Anda tertarik membaca novel Jepang yang mengambil latar tempat di Jepang berikut. Pada artikel kali ini, MATCHA akan mengulas 12 novel Jepang yang berisikan kisah para tokoh yang tinggal atau bepergian ke Tokyo, Kyoto, Hokkaido, Nagasaki, Okinawa, serta wilayah Jepang lainnya.
Jelajahi Jepang dengan imajinasi Anda terlebih dahulu sebelum memulai perjalanan yang sesungguhnya di kemudian hari!
1. Hokkaido: A Wild Sheep Chase Karya Haruki Murakami
A Wild Sheep Chase karya Haruki Murakami. Tersedia di Amazon.
Hitsuji wo Meguru Bouken atau yang dikenal dengan judul berbahasa Inggris A Wild Sheep Chase kali pertama terbit di Jepang pada tahun 1982. Kemudian, pada tahun 1989 novel tersebut diterjemahan ke dalam bahasa Inggris. Novel ini merupakan salah satu karya awal yang ditulis oleh Haruki Murakami. Bisa dibilang, ini merupakan karya yang menjadikan Murakami sebagai penulis kenamaan dunia.
Novel A Wild Sheep Chase mengambil latar tempat di Tokyo dan Hokkaido, serta kota kelahiran tokoh utama yang kemungkinan adalah Kobe.
Atas permintaan dari organisasi bawah tanah yang berpengaruh di Jepang, karakter utama dan pacarnya memulai perjalanan untuk mencari seekor domba ajaib yang memiliki tanda bintang di punggungnya. Atas petunjuk dari teman si tokoh utama, Nezumi, mereka berdua memulai petualangan ke Hokkaido. Setelah menghabiskan beberapa hari di sebuah hotel sederhana di Sapporo yang penuh teka-teki, keduanya melakukan perjalanan ke kota bernama Junitaki, sebuah kota fiksi yang terletak di utara Asahikawa.
Foto diambil dari Rekomendasi 7 Spot yang Wajib Dikunjungi di Asahikawa, Hokkaido
Kemegahan alam Hokkaido, lengkap dengan hamparan tanahnya yang lapang, pegunungan, serta suasana musim dingin pada awal Oktober, diceritakan secara mendetail pada separuh terakhir novel ini. Si tokoh utama dalam novel ini menjumpai bagaimana rupa sejarah peradaban Jepang pada era Meiji di mana sekelompok orang Jepang mulai berdatangan dan membangun masyarakat di wilayah ini dengan meminjam pengetahuan dari suku Ainu.
Membaca novel A Wild Sheep Chase akan membuat Anda ingin pergi dan berpetualang ke Hokkaido. Sastra pop karya Haruki Murakami banyak mendapat kritik karena tulisannya yang dianggap menyimpang dari kehidupan sosial dan politik Jepang. Akan tetapi, jika membaca novel ini dengan lebih cermat, Anda akan menyadari bahwa pilihan untuk tidak mau ikut campur dalam masyarakat juga merupakan suatu pilihan untuk turut andil dalam tatanan masyarakat.
2. Iwate: Night on the Galactic Railroad Karya Kenji Miyazawa
Night on the Galactic Railroad karya Kenji Miyazawa. Tersedia di Amazon
Novel Night on the Galactic Railroad mengambil latar tempat di Iwate. Meski begitu, pasti ada pembaca yang berpikir bahwa latarnya tidak seperti di Iwate melainkan di dunia yang benar-benar imajiner.
Prefektur Iwate yang menjadi latar novel ini merupakan kota kelahiran sang penulis, Kenji Miyazawa. Kota tersebut berperan penting dalam penggambaran kota di dalam cerita.
Di dalam novel ada adegan ketika sang tokoh utama, Giovanni, pergi menuju Centaur Festival sepulang sekolah atau bekerja. Pada kehidupan nyata, Centaur Festival tidak benar-benar ada di Jepang. Akan tetapi, penggambaran suasananya mengingatkan akan Festival Tanabata atau festival musim panas yang megah di wilayah Tohoku, lengkap dengan lampion-lampionnya yang menakjubkan.
Foto oleh FUKA KAMATA. Foto diambil dari A Sight To Behold! 4 Dreamworld Winter Railroads In Tohoku
Pada malam itu, Giovanni memulai perjalanan yang menakjubkan bersama dengan seorang temannya, Campanella. Mereka mengarungi langit, melewati rasi bintang dengan kereta uap bersama para penumpang yang lain. Para penumpang datang dan pergi silih berganti, tetapi mereka meninggalkan kesan yang mendalam bagi Giovanni dan Campanella. Inti cerita dalam novel ini adalah pemikiran mendalam mengenai kehidupan dan kematian, serta pertanyaan tentang makna kebahagiaan.
Jika berkunjung ke Iwate, Anda bisa merasakan secara langsung naik kereta uap "SL Ginga" seperti yang ada dalam novel Kenji Miyazawa. Jangan lewatkan pemandangan yang menakjubkan pada malam hari ketika kereta melintasi Jembatan Megane (seperti pada foto di atas). Anda akan melihat seolah-olah kereta sedang melaju di antara bintang-bintang. Dikelilingi oleh pemandangan alam yang indah, spot ini sangat cocok bagi Anda yang ingin menikmati langit berbintang. Anda juga dapat menyaksikan bintang beserta rasi bintang seperti yang ada dalam novel.
Artikel terkait
3. Tokyo: Coin Locker Babies Karya Ryu Murakami
Coin Locker Babies karya Ryu Murakami. Tersedia di Amazon
Mungkin Anda sudah menduga, banyak novel Jepang yang memiliki latar tempat di Tokyo. Tokyo yang dalam cerita fiksi kerap digambarkan beragam dan melawan arus, menjelaskan betapa rumit dan kompleksnya kota metropolitan ini sebenarnya. Fakta bahwa Tokyo tampak seperti makhluk hidup dengan kemauan dan takdirnya sendiri, menjadi daya tarik yang kuat dan memikat banyak orang.
Jika Anda mencari novel yang ceritanya menggabungkan dua kontradiksi menarik; di satu sisi tentang gedung pencakar langit nan canggih dan di sisi lainnya tentang kegelapan, kekejaman, serta mara bahaya, silakan baca Coin Locker Babies karya Ryu Murakami!
Foto diambil dari Bersenang-senang Tanpa Mengeluarkan Uang! Melihat Pemandangan di Metro Tokyo
Novel ini menceritakan kehidupan dua orang tokoh bernama Kiku dan Hashi. Keduanya sama-sama ditinggalkan di loker koin di sebuah stasiun kereta ketika masih bayi. Setelah bersama-sama melalui masa kecil yang sulit, keduanya lalu berpisah dan menjalani hidup masing-masing. Meski begitu, mereka berdua sama-sama hidup dengan dihantui sosok ibu mereka. Keduanya menyadari bahwa mereka memiliki naluri yang luar biasa untuk bertahan hidup, dan mungkin itulah anugerah terbesar yang mereka peroleh dari ibu mereka.
Novel ini merupakan salah satu novel Jepang yang menggambarkan Tokyo dengan sangat kuat. Tokyo tidak hanya berfungsi sebagai latar tempat semata. Ibu kota Jepang ini juga berperan menjadi lawan yang sangat tangguh dengan meminjam kedok seorang "ibu".
4. Tokyo: Moshi Moshi Karya Banana Yoshimoto
Moshi Moshi karya Banana Yoshimoto. Tersedia di Amazon
Dalam novel Moshi Moshi, Anda akan dimanjakan dengan sisi Tokyo yang menenangkan. Latar utama novel ini adalah Shimokitazawa, kotanya anak-anak muda yang memiliki banyak bar asik, teater kecil, serta kafe-kafe yang cantik. Yoshie, tokoh utama novel ini, memutuskan pindah ke kota ini setelah ayahnya yang merupakan seorang musisi meninggal secara misterius. Dia memulai kehidupan baru di apartemen kecil dan bekerja sebagai pramusaji di restoran kecil di Shimokitazawa. Ibunya juga ikut tinggal bersama Yoshie dengan harapan dapat melupakan kesedihan dan melanjutkan hidup setelah kematian suaminya.
Foto diambil dari Suka Sesuatu yang Antik dan Unik? 15 Tempat Ini Wajib Anda Kunjungi Saat Berada di Shimokitazawa!
Novel ini menggambarkan langkah demi langkah kehidupan baru serta pemulihan diri tokoh yang disembuhkan oleh keramahan dan keterbukaan hati para penduduk Shimokitazawa. Kehidupan baru di Shimokitazawa tanpa sengaja justru membawa mereka untuk mengungkap misteri di balik kematian sang ayah yang sebenarnya.
Tema kelahiran kembali dari kehilangan besar, seperti kematian orang yang dicintai, terlihat berulang kali dalam karya-karya Banana Yoshimoto. Pada novel Moshi Moshi, latar tempat (Shimokitazawa) menjadi komponen yang sangat penting dalam proses pemulihan hati karakter utama. Jika berjalan-jalan di sekitar Shimokitazawa, Anda akan merasakan betapa suasana alam dan kehidupan di kota ini sangat menyenangkan dan berkarakter.
Artikel terkait
5. Tokyo: Breasts and Eggs Karya Mieko Kawakami
Breasts and Eggs karya Mieko Kawakami. Tersedia di Amazon
Novel Breasts and Eggs baru saja diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada bulan April 2020. Novel ini bercerita tentang tokoh utama "aku", kakak perempuannya yang bernama Makiko, dan anak perempuan Makiko, Midoriko. Kisah bermula ketika Makiko dan Midoriko datang dari Osaka ke Tokyo untuk mengunjungi tokoh "aku". Makiko adalah wanita berusia hampir 40 tahun, bekerja sebagai pramuria di bar snack, dan berhasrat ingin melakukan implan payudara. Di sisi lain, Midoriko adalah anak remaja yang sedang mengalami kebingungan akan perubahan pada tubuhnya karena pubertas sehingga membuatnya menjadi pendiam.
Foto diambil dari "Oku-Asakusa" Daerah Sekitar Kuil Senso-ji yang Tenang
Cerita ini berlokasi di sebuah sudut kota tua di Tokyo, Minowa, yang berdekatan dengan Ueno dan Asakusa. Dalam novel ini, penggambaran kota Tokyo dilihat dari 3 sudut pandang tokoh wanita yang berasal Osaka. Banyak ironi menarik dari pandangan mereka tentang pengalaman tinggal di ibu kota Jepang ini. Selain itu, Osaka juga turut diceritakan secara mendetail, lho. Di Minowa, Anda dapat merasakan suasana pinggiran kota Tokyo yang tidak terlalu ramai, lengkap dengan pemandian umumnya yang sangat digemari oleh penduduk setempat sejak zaman dahulu.
Artikel terkait
6. Kyoto: The Old Capital Karya Yasunari Kawabata
The Old Capital Karya Yasunari Kawabata. Tersedia di Amazon
Salah satu karya sastra yang mendeskripsikan Kyoto beserta budayanya dengan sangat apik adalah The Old Capital karya Yasunari Kawabata. Novel ini telah diterjemahkan dalama bahasa Indonesia dengan judul Ibu Kota Lama. Novel ini pertama terbit di Jepang pada tahun 1962, bertepatan dengan keadaan Jepang yang saat itu sedang dalam masa pemulihan pasca Perang Dunia II.
The Old Capital bercerita tentang Chieko, gadis berusia 20 tahun yang merupakan putri angkat pengusaha kimono kaya di Kyoto. Ia secara tidak sengaja bertemu dengan saudara kembarnya, Naeko, ketika sedang berkunjung ke Kuil Yasaka. Berbeda dengan Chieko, Naeko tinggal di gunung yang berada di utara kota Kyoto dan bekerja di pabrik kayu. Paras Chieko dan Naeko sangat mirip, sampai-sampai membuat Hideo, pengrajin kimono yang menyukai Chieko, tidak bisa membedakan keduanya.
Foto diambil dari Ayo Pergi Melihat Pemandangan Sakura Terbaik di Kyoto! Perjalanan Hanami dari Gion ke Taman Maruyama
The Old Capital adalah mengangkat tema tentang artisan kimono. Novel ini penuh dengan adegan yang menunjukkan seberapa dalam seni kimono ini mengakar dalam kehidupan masyarakat Kyoto. Latar waktu yang terbagi dalam empat musim selama satu tahun di Kyoto juga turut digambarkan di dalam novel. Hal ini seolah menjadi penekanan yang saling beriringan antara perubahan musim dan perubahan karakter dalam cerita. Festival khas Kyoto seperti Gion Matsuri, Aoi Matsuri, dan Jidai Matsuri, juga digambarkan di dalam cerita sebagai titik awal kehidupan masyarakat Kyoto yang terhubung hingga kini.
Saat membaca novel ini, Anda mungkin akan terbawa suasana nostalgia karena pengarang banyak menceritakan keanggunan budaya tradisional Jepang yang pada masa sekarang sudah hampir terlupakan. Kabar baiknya, masih ada artisan kimono yang tetap bertahan di Kyoto pada masa modern seperti saat ini, meski skalanya tidak sebesar setengah abad yang lalu.
Hal terbaik yang ada pada cerita ini adalah bahwa sang penulis menggambarkan Kyoto sebagai entitas yang tidak bisa dilihat oleh orang lain yang datang dari luar. Ini bukan berarti bahwa budaya Jepang seperti yang diceritakan dalam novel ini tidak dapat dipahami oleh orang luar. Hanya saja penonton harus mau menyesuaikan, belajar, dan tumbuh untuk memahami secara mendalam mengenai budaya Kyoto.
Artikel terkait
7. Kyoto: The Temple of the Golden Pavilion Karya Yukio Mishima
The Temple of the Golden Pavilion karya Yukio Mishima. Tersedia di Amazon
Salah satu tempat pertama yang mungkin ingin dikunjungi para turis ketika berkunjung ke Kyoto adalah Kinkakuji! Bangunan ini merupakan simbol "budaya Kitayama" yang dimulai pada periode Muromachi (1336-1573), ketika seni tumbuh subur di bawah perlindungan Shogun. Kinkakuji adalah bangunan yang semua bagiannya dilapisi oleh emas, menunjukkan perpaduan antara kekuasaan dan kemegahan.
Foto diambil dari Berwisata ke Kyoto? Inilah 13 Tempat yang Wajib Anda Kunjungi!
Cerita dalam novel The Temple of the Golden Pavilion karya Yukio Mishima ini terinspirasi dari insiden tahun 1950-an di mana seorang biksu membakar Kinkakuji. Tokoh utama dalam novel, seorang biksu gagap, merasa kian lama kian tak tahan melihat pesona duniawi Kinkakuji sehingga memutuskan untuk membakarnya.
Cerita tentang kekuatan destruktif dari keindahan yang tidak masuk akal, terlalu memesona, dan kuat sehingga "membakar" mata orang yang melihatnya dan berujung dengan kegilaan, adalah tema yang muncul berulang kali dalam karya Yukio Mishima.
Saat ini Kinkakuji telah dibangun kembali dan masuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO. Penceritaan Kinkakuji dengan segala daya tariknya yang sedemikian kuat pasti akan membuat Anda ingin mengunjungi tempat ini dengan mata kepala Anda sendiri.
Artikel terkait
8. Wakayama: The River Ki Karya Sawako Ariyoshi
The River Ki karya Sawako Ariyoshi. Tersedia di Amazon
The River Ki bercerita tentang tiga orang wanita yang hidup pada tiga generasi berbeda. Mereka menjadi saksi perubahan besar dalam sejarah Jepang, mulai dari paruh akhir era Meiji (1868―1912), era Taisho (1912―1926), hingga tahun setelah berakhirnya Perang Dunia II yaitu pertengahan periode Showa (1926―1989).
Latar tempat pada novel ini adalah di Wakayama, di mana tokoh utama, Hana, hidup dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di kota tersebut semenjak ia menikah pada usia dua puluh tahunan. Ketika membaca bagian ini, Anda akan ikut hanyut dalam penggambaran suasana, ritual pernikahan tradisional, serta gaya hidup keluarga Jepang pada abad ke-20.
Foto diambil dari Visit Wakayama - Shrines And Nature-Filled Spots, Things To Do, And Food
Tokoh kedua adalah Fumio, anak perempuan Hana. Ia memegang teguh prinsip feminisme. Fumio menolak dijodohkan oleh ibunya dan menentukan sendiri siapa yang akan menjadi pendamping hidupnya. Tokoh ketiga adalah Hanako, anak perempuan Fumio yang telah beranjak remaja. Pada masa Perang Dunia II, Hanako pindah dari Tokyo ke Wakayama dan hidup bersama Hana karena khawatir akan teror bom yang mengancam Tokyo. Hana mulai mengetahui bahwa cucunya tertarik dengan budaya tradisional Jepang seperti upacara minum teh dan kimono.
Cerita dalam The River of Ki berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat lokal pada zamannya, juga sebagai saksi perubahan sejarah dan peradaban bangsa Jepang. Novel ini menggambarkan hubungan kuat antara kehidupan keluarga Jepang pada abad ke-20 dengan kegiatan alam dan kehidupan sosial. Setelah membaca novel ini, Anda pasti ingin melihat Sungai Ki dengan mata kepala Anda sendiri. Sungai Ki mengalir perlahan dari daratan menuju laut dan menjadi sumber kehidupan masyarakat.
9. Ehime: The Silent Cry Karya Kenzaburo Oe
The Silent Cry Karya Kenzaburo Oe. Tersedia di Amazon
Novel The Silent Cry karya Kenzaburo Oe pernah diterbitkan di Indonesia dengan judul Jeritan Lirih. Bercerita tentang karakter utama bernama Mitsusaburo, seorang pria yang merasakan babak baru kehidupan pasca anaknya lahir dengan penyakit serius dan teman seprofesi sekaligus sahabat terdekatnya meninggal karena bunuh diri. Bersama istri dan Takashi, adik lelakinya yang telah lama berada di Amerika, Mitsusaburo kembali ke kampung halamannya di Ehime, Shikoku.
Meskipun ceritanya berlatar tahun 1970-an, tiap tokoh memiliki sejarah hidupnya sendiri-sendiri. Misalnya cerita masa kecil tokoh yang hidup di desa pada saat Perang Dunia II, dan latar waktu seratus tahunan yang lalu (1860) ketika terjadi serangkaian pemberontakan di berbagai tempat yang membawa perubahan besar bagi sejarah Jepang. Ada juga latar waktu pada masa akhir pemerintahan Samurai dan pemulihan kekuasaan kekaisaran pada awal era Meiji (1868―1912).
Foto diambil dari Ayo Naik Kereta Gantung Menuju Kastil Matsuyama di Puncak Gunung!
Gambaran pemandangan alam yang paling kuat dari Shikoku ditandai dengan adanya hutan yang mengelilingi desa. Dalam novel ini diceritakan bahwa arus modernisasi mulai masuk dan meluas hingga ke desa-desa. Banyak supermarket mulai dibangun untuk memberi kemudahan dan mencukupi kebutuhan warga desa. Meski begitu, ternyata pesona hutan digambarkan sebagai hal yang lebih kuat daripada apapun. Tokoh dalam novel ini bertindak karena dorongan kekuatan besar di luar kendalinya. Mitsusaburo, enggan ikut campur dalam hal apapun yang ada di desanya. Meski tidak suka, ia tetap terjebak dalam pusaran arus peristiwa. Mitsusaburo perlu beradaptasi dan membuat keputusannya sendiri agar bisa menata ulang hidup barunya.
Salah satu hal yang melekat kuat pada karya Kenzaburo Oe adalah tema yang berkisah tentang kehidupan pribadi yang tumpang tindih dengan perubahan zaman. Bacaan seperti ini mungkin linear dengan yang sekarang sedang terjadi, di mana lingkungan tempat kita tinggal telah berubah seiring dengan perkembangan zaman.
10. Ehime: Botchan Karya Natsume Soseki
Botchan karya Natsume Soseki. Tersedia di Amazon
The Silent Cry dan Botchan sama-sama mengambil latar tempat di Ehime, Shikoku. Meski demikian, penggambaran latar tempat pada Botchan berbeda dan tidak sekelam The Silent Cry. Pada novel The Silent Cry, Shikoku digambarkan sebagai tempat gelap yang dikelilingi hutan liar dan tempat bersarangnya para makhluk gaib. Novel Botchan karya Natsume Soseki kali pertama terbit pada 1906. Ini adalah karya sastra Jepang modern yang populer dan dicintai oleh kebanyakan orang Jepang.
Sebagian besar ceritanya berlatar di Matsuyama, ibu kota Prefektur Ehime. Si karakter utama, Botchan, adalah seorang guru fisika SMP yang dipindahkan dari Tokyo ke Matsuyama. Botchan adalah sosok yang arogan dan mudah tersinggung, tetapi sangat menghargai kejujuran dan integritas. Seperti yang bisa ditebak, dengan sifat-sifatnya itu Botchan kerap terlibat dalam masalah. Namun, ia selalu berhasil mengatasi masalahnya dan tumbuh menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab serta penuh rasa terima kasih.
Foto diambil dari Kunjungi dan Rasakan Manfaat Air Panas Botchan Yu di Dogo Onsen, Ehime!
Melalui kacamata seorang pemuda yang sangat bangga dengan kota asalnya di Tokyo, Matsuyama pada era Meiji digambarkan sebagai tempat yang cerah dan penuh kehidupan. Dogo Onsen dalam novel diceritakan sebagai pemandian air panas favorit Botchan. Berkat cerita dalam novel tersebut, Dogo Onsen menjadi kota pemandian air panas yang ramai dan terkenal. Wisatawan selalu berdatangan tak kenal waktu ke pemandian air panas yang satu ini.
Daerah Shikoku pada era Meiji digambarkan lebih hidup dan cerah daripada era sebelumnya. Jika berkunjung ke Ehime, Anda akan melihat jejak-jejak sejarah yang bertahan hingga kini dan tersebar di setiap sudut kota.
11. Nagasaki: Silence Karya Shusaku Endo
Silence karya Shusaku Endo. Tersedia di Amazon
Jika Anda membaca novel Silence karya Shusaku Endo, Anda akan menemukan rekam jejak agama Kristen yang tersembunyi pada zaman Edo (1603—1868).
Silence bercerita tentang seorang pendeta muda Jesuit Portugis bernama Sebastiao Rodrigues yang datang ke Nagasaki pada tahun 1639. Ia datang dalam misi untuk menyelidiki alasan penghianatan mentornya, Ferreira. Pada masa itu, agama Kristen dilarang oleh Pemerintah Shogun. Mereka yang dicurigai sebagai pemeluk agama Kristen akan disiksa dan dipaksa meninggalkan agama mereka dengan cara menginjak-injak lukisan Yesus.
Foto diambil dari Nagasaki - 22 Must-Visit Destinations
Rodrigues terlibat dalam situasi di mana sekelompok pemeluk agama Kristen bersembunyi dan menggantungkan hidupnya pada sosok Rodrigues. Atas nama cinta yang menjadi landasan dasar dalam menjalankan agamanya, Rodrigues menginjak lukisan Yesus demi menyelamatkan nyawa para pengikutnya.
Nagasaki adalah tempat di mana Anda dapat menemukan betapa kompeksnya sejarah dan budaya Jepang. Ada banyak gereja dan monumen yang masih berdiri hingga kini, mengisyaratkan bagian dari sejarah yang tersembunyi dan sengaja dihapus. Sejarah yang tersembunyi ini bisa menjadi wawasan baru untuk memperluas spektrum Anda tentang Jepang. Dengan kata lain, hal ini akan memperkaya dan membawa Anda lebih dekat pada kedalaman budaya Jepang yang tidak Anda ketahui sebelumnya.
12. Okinawa: In The Woods of Memory Karya Shun Medoruma
In The Woods of Memory karya Shun Medoruma. Tersedia di Amazon
Okinawa menggambarkan tempat yang eksotis, lengkap dengan pulau-pulaunya yang indah, pantai berpasir yang diteduhi pohon-pohon palem, dan air lautnya yang jernih. Pulau ini memiliki budaya lokal yang kuat dan unik serta tidak ditemukan di wilayah lain di Jepang.
Novel In The Woods of Memory, seperti karya-karya Shun Medoruma lainnya, berbicara tentang sejarah kelam yang terjadi di pulau ini dan menyisakan luka hingga saat ini. Novel ini berkisah tentang gadis berusia 17 tahun bernama Sayoko yang mendapat perlakuan tidak senonoh oleh empat orang tentara Amerika. Novel ini mengambil latar tempat pasca Perang Dunia II.
Photo by Pixta. Panduan Lengkap Wisata di Daerah Resort, Okinawa!
Secara garis besar, inti cerita dalam novel ini menyuarakan tentang ketidakberdayaan melawan kekerasan yang terjadi. Tak hanya bercerita tentang Okinawa, novel In The Woods of Memory juga menyampaikan pesan yang kuat sebagai pembelajaran tentang luka dan penderitaan yang dialami penduduk setempat akibat kekejaman perang.
Menikmati suasana pantai Okinawa yang indah memang menyenangkan. Akan tetapi, tidak ada salahnya untuk mengetahui sejarah masa lampau pulau ini juga. Di balik budaya lokal Okinawa yang kaya, seperti kerajinan tangannya yang indah dan tarian tradisionalnya yang menawan, tersimpan kekuatan dari orang-orang yang bangkit dari kesulitan pada masa-masa kelam.
Jelajahi Jepang Lewat Karya Sastra Jepang yang Membangkitkan Imajinasi
Semoga Anda puas dengan rekomendasi bacaan di atas sebagai bekal sebelum Anda menjelajahi Jepang nantinya. Karya fiksi adalah sarana untuk mengekspresikan kata-kata yang tidak bisa diungkapkan oleh bahasa sehari-hari. Semoga kisah-kisah di atas dapat membuat perjalanan Anda ke Jepang nantinya semakin bermakna!