Kabar Terkini Reaktor Nuklir Fukushima Daiichi
Bagaimana kondisi Reaktor Nuklir Fukushima Daiichi setelah kecelakaan tahun 2011? Dua reporter MATCHA, Cole dan Frank, terjun langsung ke lokasi kejadian dan siap menjawab berbagai kekhawatiran yang ada. Mari ikuti perjalanan mereka ke Fukushima!
Kondisi Terkini dari Daerah-Daerah di Sekitar Reaktor Nuklir Fukushima Daiichi
Untuk mengetahui kondisi nyata dari Fukushima saat ini, Cole dan Frank meninggalkan Reaktor Nuklir Fukushima Daiichi dan pergi mengunjungi daerah-daerah sekitar.
① Klinik Gigi Toyoshima ② Odaka Worker's Base
Seperti yang terlihat di peta, masih ada beberapa daerah di sekitar Reaktor Nuklir Fukushima Daiichi yang masuk ke dalam zona wajib evakuasi.
Kali ini, tim MATCHA mengunjungi Klinik Gigi Toyoshima dan Odaka Worker's Base yang berada dalam radius 20 km. Kedua lokasi ini pernah masuk ke dalam zona wajib evakuasi, tetapi status itu sudah diangkat dan kini menjadi tempat yang dapat ditinggali.
Daftar Isi:
1. Kota Namie: Klinik Kembali Dibuka Setelah 7 Tahun, Dokter Gigi Ini Siap Mendengarkan Keluhan dan Masalah Pasiennya
Daerah pesisir Kota Namie. Desa yang sebelumnya ada terhantam gelombang tsunami dan kini menjadi tanah kosong.
Yang pertama dikunjungi oleh Cole dan Frank adalah kota kecil bernama Namie.
Kota ini merupakan kota terdekat dari Reaktor Nuklir Fukushima Daiichi, dengan jarak lurus sekitar 4 km. Setelah kecelakaan itu terjadi, seluruh warga diperintahkan untuk mengungsi.
Instruksi evakuasi dihentikan pada Maret 2017 untuk bagian pusat kota. Saat ini, hampir 900 penduduknya telah kembali.
Seorang pemilik toko di Namie mengatakan, "Saat ini kami kekurangan rumah sakit. Makanya saya senang sekali saat dokter-dokter kembali."
Salah satu yang kembali adalah dokter dari Klinik Gigi Toyoshima.
Meninggalkan Rumah Hanya Dengan Baju yang Dikenakan
Ini adalah drg. Hiroshi Toyoshima dari Klinik Gigi Toyoshima.
Lokasi klinik ini berjarak sekitar 9 km dari Reaktor Nuklir Fukushima Daiichi. Klinik yang sangat disayang oleh warga lokal ini telah ada selama 70 tahun, tetapi terpaksa harus ditinggalkan pada Maret 2011.
"Di hari gempa terjadi, kami mendapatkan perintah untuk mengungsi setidaknya sejauh 10 km. Awalnya, saya kira saya bisa segera kembali lagi..."
Ia langsung pergi meninggalkan rumah tanpa menyiapkan apa-apa. Namun, ternyata instruksi evakuasi itu berlanjut selama 6 tahun.
Buka Kembali Setelah 7 Tahun
Klinik Gigi Toyoshima yang Dibuka Kembali
Selama meninggalkan Namie, drg. Toyoshima tetap bekerja sebagai dokter gigi di Hokkaido, di tempat kenalannya berada. Namun, saat mendengar instruksi evakuasi akan dihentikan pada tahun 2017, ia mulai menanyakan beberapa prosedur untuk membuka kliniknya kembali. "Saya senang sekali. Akhirnya, saya bisa membuka klinik lagi di Namie."
Pada Agustus 2018, Klinik Gigi Toyoshima dibuka kembali di Namie setelah 7 tahun. "Apakah ada perubahan dalam pasien Anda?" tanya Cole.
"Tidak hanya pasien baru, pasien lama saya juga datang kemari. Ada yang bilang, 'Kami bersyukur klinik Anda dibuka kembali' atau 'Menyenangkan kalau ada dokter gigi di dekat sini, ya'. Saya senang sekali saat mendengarnya."
Akhirnya, bertambah lagi tempat di mana warga bisa datang saat kondisi kesehatannya tidak baik. "Mungkin terdengar seperti hal yang biasa, tetapi sangat penting untuk memiliki dokter yang dapat dicapai dengan berjalan kaki." (drg. Toyoshima)
Mendengarkan Keluhan dan Masalah Pasien
Sekitar 30-40 pasien datang setiap harinya sebelum bencana Gempa Bumi dan Tsunami 2011 terjadi. Kini jumlahnya menjadi sekitar 10 pasien. Namun, justru karena itulah drg. Toyoshima jadi memiliki waktu lebih untuk benar-benar mengurusi pasiennya satu per satu. "Ada yang datang selama 30 menit hanya untuk berkonsultasi," kata drg. Toyoshima sambil tertawa.
"Tapi tidak apa-apa. Masalah tidak hanya dari gigi yang sakit, tetapi bisa juga datang dari pikiran atau kekhawatiran di kehidupan sehari-hari. Pasien akan merasa lebih tenang dengan menceritakannya. Saya rasa, lebih penting untuk berhadapan dan mendengarkan pasien terlebih dahulu sebelum mengobati."
Tidak hanya mengobati gigi, Klinik Gigi Toyoshima juga mengobati hati pasiennya. Secara bertahap, semakin banyak muncul komunitas yang memberikan kehangatan.
Drg. Toyoshima berbagi cerita tentang pemulihan kota yang akan datang. "Yang dibutuhkan bukan untuk mengembalikan kota yang lama, tetapi lebih ke merancang kota baru. Sebagai contohnya, kota ini bisa dijadikan model untuk pencegahan bencana atau menjadi contoh bagi kota lain yang pernah mengalami bencana. Kita harus mengambil langkah yang benar-benar berbeda."
2. Distrik Odaka, Minamisoma: "Perbatasan" dalam Jarak 20 Km dari Reaktor
Odaka Worker's Base
Merancang kota baru di daerah bencana. Pemikiran yang sama juga tim MATCHA temukan di Distrik Odaka, Minamisoma, yang jaraknya 20 km dari reaktor.
Seperti halnya Kota Namie, Distrik Odaka juga mendapatkan instruksi evakuasi. Namun, instruksi itu dihentikan pada tahun 2016. Saat ini, ada sebuah inisiatif baru yang lahir di kawasan ini, yaitu Odaka Worker's Base.
Saat masuk ke dalam, terlihat ruangan yang luas dengan tangga besar yang ada di tengah-tengah.
Ternyata, tempat ini adalah sebuah coworking space (ruang kerja bersama). Pengunjung bisa bekerja sambil duduk-duduk di sini. Odaka Worker's Base dibangun untuk menarik para pengusaha yang ingin memulai layanannya di daerah ini.
Komunitas Baru yang Lahir di Odaka
Yang akan berbagi cerita kali ini adalah Bapak Tomoyuki Wada, pendiri Odaka Worker's Base. Ia berasal dari Distrik Odaka. Setelah mendapatkan instruksi evakuasi, ia sempat mengungsi untuk beberapa waktu, tetapi kembali lagi untuk memulai usaha ini. Ia merasa harus membantu kota ini.
"Jumlah orang dan toko yang ada jadi lebih sedikit dibandingkan sebelumnya. Mungkin banyak yang mengira jika Odaka tidak memiliki apa-apa, tetapi justru ini bisa dijadikan strategi samudera biru. Ada banyak kemungkinan bisnis dan apa saja bisa dimulai dari sekarang. Dengan kata lain, ini adalah satu-satunya perbatasan di Jepang." Nada bicaranya lembut, tetapi kata-katanya sangat kuat.
Bapak Wada membangun Odaka Worker's Base pada tahun 2014. Tidak hanya coworking space, ia juga membangun beberapa fasilitas yang dibutuhkan kota ini, seperti kantin dan supermarket sementara. Tempat ini memberikan kesempatan kerja untuk warga sekitar sehingga lahirlah sebuah komunitas baru.
Salah satu proyek yang dikerjakan Odaka Worker's Base adalah HARIO Lampwork Factory Odaka (Pabrik Pengerjaan Lampu HARIO, Odaka) yang berada di dalam bangunan yang sama. Tempat ini memproduksi dan menjual aksesori-aksesori yang terbuat dari gelas kaca.
Pekerjanya adalah empat wanita yang semuanya berasal dari distrik ini. Mereka memulai dari nol, tanpa pengalaman.
Dari luar, bisa terlihat suasana proses pengerjaan dari balik jendela.
"Seiring meningkatnya tingkat lanjut usia, jumlah orang yang berjalan-jalan di luar menjadi sedikit. Namun, jika mereka bisa melihat sosok wanita-wanita yang sedang bekerja ini, saya rasa suasana kota pun akan berubah," kata Bapak Wada. Kenyataannya, interaksi dengan warga yang sedang berjalan-jalan di sekitar memang sering terjalin di sini.
Sebuah Awal yang Baru
"Odaka Store", supermarket baru di Distrik Odaka yang dibuka pada Desember 2018
Setelah instruksi evakuasi dihentikan, sekitar 3.100 warga telah kembali ke Distrik Odaka.
"Warga yang saat ini tinggal di Distrik Odaka adalah mereka yang secara sukarela memilih untuk kembali. Tidak ada yang merasa terpaksa pulang ke sini." (Bapak Wada)
Selain itu, orang-orang dari penjuru negeri yang tertarik dengan daerah ini maupun misi yang dijalankan Bapak Wada mulai berkumpul. Saat ini, ia tengah mempersiapkan sistem untuk memfasilitasi "pengusaha-pengusaha yang ingin memulai bisnis di Distrik Odaka".
Bapak Wada menyambung ucapannya.
"Kita tidak perlu memulai sesuatu dalam skala besar. Ketika kita membangun dan mengaktifkan sebuah komunitas, akan lahir sebuah pekerjaan baru. Jika proses ini terus berlanjut, saya yakin kota ini akan memiliki warna baru."
Orang-orang mulai berdatangan ke daerah yang pernah ditinggalkan. Berbagai kesempatan bisnis pun bermunculan. Hal ini tentu akan memicu lahirnya komunitas-komunitas baru yang solid.
Lebih dari 1.000 Tahun
Sebelum mengakhiri kunjungan ke Fukushima, Cole dan Frank mendatangi sebuah kuil di Distrik Odaka.
Kuil Daihizanjitoku. Di sini terdapat Patung Daihizan, patung Buddha yang sudah ada sejak 1.000 tahun yang lalu.
8 patung Buddha terpahat di tembok batu setinggi 5,5 m dengan lebar 15 m ini. Tidak ada informasi jelas mengenai siapa yang membuatnya dan untuk apa.
Yang pasti, patung ini telah menerima banyak doa dari warga sejak 1.000 tahun yang lalu.
Sebuah pohon cedar raksasa setinggi lebih dari 45 m berdiri kokoh di dekat patung Buddha. Pohon ini pun diperkirakan sudah berusia lebih dari 1.000 tahun.
Patung Buddha dan pohon cedar raksasa ini telah menerima begitu banyak doa dan terus melindungi warga sejak dahulu. Tak terkecuali setelah terjadinya bencana alam dan kecelakaan nuklir di Fukushima.
Reaktor Nuklir Fukushima Daiichi dan kota-kota di sekitarnya.
Dengan berjalan, berbagai hal mulai terlihat. Kemudian, dengan melihat, banyak hal yang menarik untuk dikenal lebih dalam lagi.
Sambil menikmati senja yang indah di perjalanan pulang, Cole berbicara.
"Saya tidak tahu kalau Fukushima adalah tempat yang indah. Dalam perjalanan ini, saya sangat terkesan dengan keindahan alamnya. Fukushima mengingatkan akan kampung halaman saya yang ada di pedesaan."
"Fukushima seperti kampung halaman saya", katanya. Kekhawatiran dan ketakutan yang dirasakan sebelumnya, tiba-tiba menghilang begitu saja.
Pemandangan yang indah ini juga terbentuk dalam waktu yang sangat lama. Namun, selama itu juga tempat ini telah melindungi kegiatan warga-warganya. Dalam hidup ini, ada hal-hal yang akan tetap sama, akan ada yang berubah. Keduanya berjalan berdampingan. Kini, Fukushima akan memulai sebuah kisah yang baru.
Foto oleh Shiho Kito
Bekerja sama dengan TEPCO, Klinik Gigi Toyoshima, dan Odaka Worker's Base
Disponsori oleh Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri
Artikel terkait
MATCHAの企業・自治体広告に関するプロモーションアカウントです。読者のみなさまに有益な情報を、楽しくお届けします。